
Do not index
Do not index
SATURDAY, JULY 08
Kuasa Yesus yang Ditinggikan
Untuk Pelajaran Pekan Ini Bacalah:
Efesus 1:15-23; Efesus 3:14-21; 1 Tesalonika 5:16-18; Ulangan 9:29; 1 Korintus 15:20-22; Mazmur. 110:1.
Melalui Roh Kudus, orang percaya akan mengetahui “betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya, yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya di sorga” (Efesus 1:19, 20).
Manusia tampaknya, selalu memiliki banyak kekuatan.

.jpeg&optimizer=image)
Sebaliknya, Paulus berdoa agar orang-orang percaya di Efesus, yang di bawah godaan untuk mengagumi berbagai kekuatan dan dewa budaya mereka akan mengalami, melalui Roh Kudus, besarnya kuasa yang Allah sediakan bagi mereka di dalam Kristus. Kuasa Ilahi ini tidak diukur dalam tenaga kuda, atau sihir, tetapi terlihat dalam empat peristiwa sejarah keselamatan yang mengubah alam semesta:
(Efesus. 1:19-23).
- kebangkitan Yesus;
- Kristus dimuliakan di takhta Allah;
- segala sesuatu ditempatkan dalam penurutan kepada Kristus;
- Kristus diberikan kepada jemaat sebagai Kepalanya
Dalam mempertimbangkan empat peristiwa ini, orang percaya mungkin mulai memahami—dan mengalami—luasnya cakupan kuasa yang Tuhan lakukan atas nama mereka.
- Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat 15 July
SUNDAY, JULY 09
Berdoa dan Mengucap Syukur
Termotivasi oleh berita bahwa orang-orang percaya di Efesus berkembang dalam iman kepada Yesus dan dalam kasih terhadap satu sama lain (mungkin berita yang dibagikan oleh Tikhikus Ef. 6:21, 22), Paulus melaporkan kepada mereka bagaimana ia berdoa untuk mereka.
Bandingkan dua laporan doa Paulus di Efesus—
Efesus 1:15-23 dan Efesus 3:14-21
. Tema apakah yang dibagikan oleh dua laporan tersebut?
Terkadang kebiasaan kita dalam doa bisa menyedihkan, meratap karena masalah ini atau itu. Laporan doa Paulus dalam Efesus menunjukkan bahwa ucapan syukur adalah bahasa asli doa. Kita mengumpulkan berkat-berkat Tuhan dan berterima kasih untuk itu. Kita berusaha untuk memahami Tuhan bekerja dalam keadaan sulit dan memuji Dia atas kehadiran-Nya yang mengubahkan dalam hidup kita. Merayakan anugerah dan kuasa Yesus yang dimuliakan (Ef. 1:20-23), kita bersyukur kepada-Nya karena memberkati mereka yang ada dalam lingkaran pengaruh kita. Inilah rahasia perubahan doa Paulus:
doa adalah kunci pujian dan ucapan syukur.
Paulus juga mengatakan bahwa ia “tidak berhenti mengucap syukur karena kamu. Dan aku selalu mengingat kamu dalam doaku” (Ef. 1:16; baca juga Flp. 1:3, 4; 1 Tes. 1:2; dan 1 Tes. 5:16-18).
Apakah yang dimaksud dengan “berdoa tanpa henti” (1 Tes. 5:17)? Itu tidak bisa berarti bahwa kita selalu berlutut di hadapan Tuhan dalam doa. Ini berarti jika, diberkati oleh Roh Tuhan, kita menjalani hidup dengan hati yang terbuka untuk hadirat dan kuasa Tuhan, mencari tanda untuk mengucap syukur kepada-Nya. Itu berarti kesiapan untuk menyelesaikan masalah kehidupan di hadirat Tuhan, untuk mencari nasihat Ilahi saat kita mengalami liku-liku kehidupan. Itu berarti hidup tidak dalam pemisahan dengan Tuhan tetapi dalam keterlibatan dengan-Nya, selalu terbuka untuk tuntunan Ilahi.
Kita terlalu sering memandang doa sebagai percakapan yang tidak penting, hanya sebuah tambahan yang dilakukan pada saat yang tidak menyusahkan. Paulus menggambarkan pandangan yang berbeda. Paulus menganggap serius tugas berdoa bagi orang-orang percaya di Efesus, berdoa baik melalui ucapan syukur untuk mereka (Ef. 1:16; bandingkan Ef. 1:3-14) dan bergumul bagi mereka (Ef. 1:17-23; bandingkan Ef. 3:14-21). Baginya, doa adalah tugas utama, atau bahkan pusat, dari iman Kristen. Ayat-ayat ini memberikan panggilan untuk berdoa, undangan bagi kita masing-masing untuk memahami “pelayanan doa” kita sendiri dalam terang dedikasi Paulus untuk hal itu.
Mengapa penting untuk selalu bersyukur kepada Allah dalam doa atas apa yang seharunya Anda syukuri?
MONDAY, JULY 10
Mengalami Pengertian dari Roh Kudus
“Akupun tidak berhenti mengucap syukur karena kamu. Dan aku selalu mengingat kamu dalam doaku, dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadanya Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar.” (Ef. 1:16-17).
Dalam melaporkan doanya, Paulus mencatat satu permintaan utama yang ia tempatkan di hadapan takhta Allah. Dia telah mencatat bahwa Roh Kudus telah masuk ke dalam kehidupan orang percaya pada saat pertobatan mereka (Ef. 1:13, 14). Sekarang Paulus berdoa memohon berkat Roh yang baru untuk memberikan pengertian rohani yang dibutuhkan yang berfokus pada pemahaman yang mendalam tentang Yesus (“untuk mengenal Dia yang benar” Ef. 1:17).
Apakah tiga topik yang Paulus doakan agar Roh Kudus memberikan pemahaman khusus kepada orang percaya? baca
Ef. 1:17-19
.
Ketika Paulus berdoa memohon pengertian bagi mereka tentang “pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya” (Ef. 1:18), dia berdoa agar mereka waspada terhadap tindakan yang telah diambil Allah di masa lalu untuk keselamatan mereka (Ef. 1:3-9; 11-13) dan masa depan yang gemilang yang Dia rencanakan bagi mereka (Ef. 1:10, 14).
Ketika dia berdoa memohon pengertian tentang “betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus” (Ef. 1:18), dia sedang mengingat gagasan di Perjanjian Lama tentang orang percaya sebagai milik pusaka Allah (Ul. 9:29; Ul. 32:9; Za. 2:12, bandingkan Ef. 1:11). Dia ingin mereka tahu bahwa mereka adalah milik pusaka Tuhan, dan Paulus ingin mereka memahami nilai mereka di mata Tuhan.
Ketika Paulus berdoa memohon pemahaman rohani tentang “betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya” (Ef. 1:19), ia membayangkan Roh Kudus membawa pemahaman baru tentang besarnya kuasa Allah dan mewujudkannya dalam pengalaman mereka.
Dalam semua doa ini, Paulus ingin orang-orang ini mengalami sendiri apa yang telah diberikan kepada mereka di dalam Yesus.
Bagaimanakah Anda dapat mengalami dengan lebih baik “kebesaran kuasa-Nya bagi kita yang percaya”? Apakah arti pengalaman ini dalam kehidupan sehari-hari?
TUESDAY, JULY 11
Mengambil Bagian dalam Kuasa Kebangkitan
Dalam ayat-ayat selanjutnya dari laporan doa Paulus, Efesus 1:20-23, Paulus memperluas topik yang ketiga dari pemahaman yang ia harapkan agar Roh Kudus akan bawa kepada orang-orang percaya: kedahsyatan kuasa Allah, yang Ia adakan atas nama mereka. Ia mulai dengan mengarah pada dua peristiwa sejarah keselamatan sebagai ilustrasi utama kuasa Allah:
- kebangkitan Yesus dari kematian;
- Yesus dimuliakan di takhta alam semesta (Ef. 1:20).
Bagaimanakah kuasa Allah dinyatakan melalui kebangkitan Yesus?
Ef. 1:20; 1 Kor. 15:20-22; Flp. 3:8-11; Ibr. 13:20, 21; 1 Ptr. 1:3
.
Kebangkitan Yesus adalah keyakinan iman Kristen yang tidak dapat ditawar lagi (1 Kor. 15:14, 17). Karena Kristus telah bangkit, maka orang-orang percaya yang setia menantikan kebangkitan yang agung di masa depan kepada kehidupan kekal pada saat Kristus kembali (1 Kor. 15:20-23). Karena Kristus telah bangkit maka kita dapat memandang kepada-Nya hari ini untuk semua berkat Injil, termasuk kehadiran Roh Kudus dalam hidup kita.
Gambaran, bahwa Allah “mendudukkan Dia [Kristus] di sebelah kanan-Nya” (Ef. 1:20), diambil dari Mazmur 110:1, bagian yang paling sering dikutip dalam Perjanjian Baru (semua bagian yang baru saja dikutip tampaknya diambil dari pasal ini).
![Peninggian Kristus memiliki profil yang tinggi di Efesus. Orang-orang percaya “duduk dengan . . . Dia [Yesus Kristus] di surga” (Ef. 2:6, ESV)](https://cdn.feather.blog?src=https%3A%2F%2Fusenotioncms.com%2Fproxy%2Fblock%2Fc1baa606-a17d-4125-ab60-3d8b04a6a4b1%252Fdc628c72-6b0d-4377-9f6b-0fbd191fc4c8%252FSeated-with-CHrist.jpeg&optimizer=image)
Selain itu, Paulus merujuk pada kenaikan Kristus sebagai pendahuluan bagi Kristus yang memenuhi segala sesuatu dan memberikan karunia kepada gereja-Nya (baca Ef. 4:8-11).
Dalam Efesus 4:8-11, Paulus memperingatkan kita agar tidak mengadopsi gambaran Kristus yang statis pada takhta Bapa belaka, melainkan menyajikan “gambaran Perjanjian Baru yang dinamis tentang Kristus yang dimuliakan yang keluar melalui Roh-Nya di seluruh dunia, menaklukkan dan untuk merebut hati”—F. F. Bruce, The Epistles to the Colossians, to Filemon, and to the Ephesians (Grand Rapids, MI: Eerdmans, 1984), hlm. 133.
Jadi Paulus menggambarkan peninggian/penobatan Kristus tidak hanya sebagai ilustrasi dari kuasa Ilahi yang ditawarkan kepada orang percaya, tetapi sebagai sumber dari kuasa itu.
Dengan cara apakah Anda membutuhkan kuasa Kristus dalam hidup Anda, dan bagaimanakah kita dapat memanfaatkan kuasa itu dengan lebih baik? Praktik-praktik apakah yang mungkin menghalangi akses kita kepada kuasa-Nya?
WEDNESDAY, JULY 12
Kristus di Atas Segala Kuasa
Paulus telah merayakan peninggian Yesus, yang sekarang duduk bersama Bapa di atas takhta alam semesta. Setelah mendefinisikan posisi Kristus dalam hubungannya dengan Bapa (“mendudukkan . . . di sebelah kanan-Nya di sorga” Ef. 1:20), Paulus beralih ke hubungan Yesus dengan “pemerintah dan penguasa.” Sebagai rekan sejawat dengan Bapa, Yesus “jauh lebih tinggi” dari mereka semua (Ef. 1:21).
Bandingkan penyebutan Paulus tentang kejahatan, kekuatan spiritual dalam
Efesus 1:21; Efesus 2:2, dan Efesus 6:12
. Menurut Anda mengapa Paulus begitu tertarik pada kekuasaan-kekuasaan ini?
Kisah Para Rasul 19:11-20, dengan kisahnya tentang tujuh putra Skewa, menggambarkan bahwa Efesus pada zaman Paulus adalah pusat seni gaib. “Sifat utama dari praktik sihir di seluruh dunia Helenistik adalah pengetahuan akan dunia roh yang memberikan pengaruh pada hampir setiap aspek kehidupan.
.jpeg&optimizer=image)
Tujuan dari ahli sihir adalah untuk membedakan roh-roh yang membantu dari hal-hal yang berbahaya dan mempelajari fungsi-fungsi yang berbeda dan kekuatan-kekuatan yang berhubungan dan otoritas dari roh-roh tersebut. Melalui pengetahuan ini, maksud dapat diciptakan (dengan formula lisan atau tertulis, jimat, dll.) untuk manipulasi roh demi kepentingan individu. Dengan formula yang tepat, penyakit yang disebabkan oleh roh dapat disembuhkan, [atau] perlombaan kereta dapat dimenangkan”—Clinton E. Arnold, Power and Magic: The Concept of Power in Ephesians, hlm. 18.

Minat untuk memanggil dewa dan mantra merupakan ciri kehidupan agama di Efesus (baca Kisah Para Rasul 19:13), dan bahkan di antara beberapa orang sampai sekarang ini.
Paulus ingin memperjelas hubungan antara Kristus dan “kuasa-kuasa”: Yesus yang dimuliakan “jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan” (Ef. 1:21).
Untuk memastikan jika pendengarnya memahami bahwa tidak ada kekuatan di luar kedaulatan Yesus, ia menambahkan kiasan pada praktik mengumpulkan nama-nama dewa dalam mantra: “tiap-tiap nama yang dapat disebut” (Ef. 1:21). Beralih dari dimensi ruang ke dimensi waktu, Paulus menekankan kronologi tak terbatas dari pemerintahan agung Yesus. Kekuasaan-Nya atas segala kuasa berlaku “bukan hanya di dunia ini saja, melainkan juga di dunia yang akan datang” (Ef. 1:21).
Apakah saja perwujudan masa kini dari kuasa jahat yang sama ini, dan bagaimana kita dapat memastikan bahwa kita tidak terjebak dalam salah satu darinya?
THURSDAY, JULY 13
Yesus, Segala Sesuatu, dan Jemaat-Nya
Orang Kristen mula-mula melihat dalam Mazmur 110:1 sebuah nubuat tentang peninggian Yesus:
“Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: ‘Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu.' ”
Mereka membaca Mazmur 8 dengan cara yang sama, dengan penegasan bahwa Allah telah “meletakkan segala sesuatu di bawah kakinya” (Mzm. 8:6), kaki “anak manusia” (Mzm. 8:4). Sementara mereka percaya bahwa kuasa kegelapan di atas kepala mereka dan mengancam akan menaklukkan mereka, mereka memegang kebenaran bahwa kuasa-kuasa itu ada di bawah kaki Kristus.
Perhatikan baik-baik bahwa setelah
“segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada” (Ef. 1:22).
Sementara “segala sesuatu” adalah istilah yang universal dan inklusif, Paulus masih mengingat “kuasa-kuasa” yang disebutkan dalam Efesus 1:21. Semua hal—alam semesta, gaib, termasuk kekuatan Iblis—berada di bawah kaki Kristus, tunduk kepada-Nya.
Apakah manfaat-manfaat Kristus yang ditinggikan ke takhta alam semesta, dan kekuasaan-Nya atas segala sesuatu di surga dan di bumi, bagi gereja-Nya?
Ef. 1:22, 23
.
Allah telah membuat Kristus menang atas semua kuasa jahat. Gereja, yang disamakan secara erat dengan Kristus dan diperlengkapi oleh-Nya dengan segala kebutuhannya, dengan sendirinya menjamin kemenangan atas musuh-musuh itu. Kuasa Allah, yang diperlihatkan dalam kebangkitan dan kemuliaan-Nya atas setiap kuasa di alam semesta, telah digerakkan bagi gereja. Allah telah memberikan Kristus yang telah menang kepada gereja, yang bersatu dengan Dia sehingga disebut tubuh-Nya.
Bagaimanakah kita orang percaya dapat mengenal Kristus yang dimuliakan dan mengalami kuasa Tuhan dalam hidup kita? Paulus tidak secara langsung membahas mekanisme atau strategi apa pun yang menyebabkan hal ini terjadi. Namun, fakta bahwa pasal itu adalah bagian dari “laporan doa” adalah bersifat sugestif. Paulus percaya bahwa Tuhan akan menjawab doanya. Dia menegaskan kemanjuran memuliakan kuasa Allah, dinyatakan dalam Kristus, di hadirat Allah sendiri dan memintanya untuk giat dalam kehidupan orang percaya.
Apakah pengalaman Anda sendiri dengan kuasa doa? Artinya, bukan hanya doa yang dijawab tetapi doa secara umum, dan bagaimanakah doa mendekatkan kita kepada Allah dan kuasa yang ditawarkan kepada kita di dalam Yesus?
FRIDAY, JULY 14
Pendalaman
Pelajarilah dua gambaran tentang peninggian Kristus ini dari tulisan-tulisan Ellen G. White:
“Bila Kristus melewati gerbang-gerbang surga, Ia dimahkotai di tengah pemujaan malaikat-malaikat. Segera sesudah upacara ini selesai, Roh Kudus turun ke atas murid-murid-Nya dalam kelimpahan dan Kristus sesungguhnya sudah dimuliakan, bahkan dengan kemuliaan yang dipunyai-Nya dengan Bapa-Nya dari segenap kekekalan. Kecurahan di waktu Pentakosta adalah komunikasi surga sehingga pengurapan Juruselamat telah dilaksanakan. Sesuai dengan janji-Nya Ia telah mengutus Roh Kudus-Nya dari surga kepada para pengikut-Nya. Sebagai tanda bahwa Ia, Sebagai imam dan raja, menerima segala kekuasaan di surga dan di atas bumi ini, dan telah diurapi menjadi seorang dari umat-Nya”—Alfa dan Omega, jld. 7, hlm. 33.
“Lengan Bapa merangkul Anak-Nya, dan perkataan diberikan, ‘Semua malaikat Allah harus menyembah Dia’ Ibrani 1:6.
“Dengan kegembiraan yang tidak terlukiskan, penghulu dunia dan penguasa dan kuasa mengakui keunggulan Putra kehidupan. Bala tentara malaikat tersungkur menyembah Dia, sementara sorak kesukaan memenuhi istana surga, ‘Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!’ Wahyu 5:12.
“Nyanyian kemenangan berpadu dengan musik dari kecapi malaikat, sampai surga tampaknya meluap dengan kegirangan dan puji-pujian. Kasih telah menang. Yang hilang sudah didapat kembali. Surga bergema dengan suara dalam nada yang tinggi memasyhurkan, ‘Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!’ Wahyu 5:13.”—Alfa dan Omega, jld. 6, hlm. 493.
Pertanyaan-Pertanyaan untuk Diskusi:
Pikirkan “sekarang” dan “sebelum” peninggian Yesus. Dalam arti apakah Yesus sudah menjadi Tuhan atas “segala sesuatu”, dengan kuasa Iblis tunduk kepada-Nya—yaitu, “sekarang”? Dan dalam pengertian apakah pemerintahan sepenuh-Nya atas segala sesuatu saat memandang ke masa depan—yang “sebelum”? (bacalah
1 Kor. 15:24-28
).
Sejauh manakah Anda hidup dalam terang dari pemerintahan Kristus atas segala sesuatu? Atau sampai sejauh manakah Anda hidup di bawah otoritas kekuatan-kekuatan lain ini, kekuatan-kekuatan yang jatuh, yang otoritasnya sedang surut? Bagaimanakah Anda tahu yang mana, dan bagaimanakah Anda bisa lolos dari kekuatan jahat yang, meskipun sudah pasti dikalahkan, masih merajalela di dunia kita?
Bacaan Tambahan:
Di Efesus, terdapat tiga kekuatan hebat: Pertama, kekuatan agama yang mendalam, yang dilambangkan dengan Kuil Diana yang sangat besar - jauh lebih besar daripada Parthenon yang terkenal sekalipun. Meski sudah tidak ada lagi, strukturnya yang mengesankan masih diapresiasi melalui berbagai peninggalannya.

Kekuatan kedua adalah pengaruh budaya. Budaya kekaisaran menawan dan berpengaruh; teater dan konser adalah bukti daya pikat ini.
Di tengah dua kekuatan dominan ini - agama dan budaya - Paul menghadirkan alternatif: ia mengaku menawarkan sesuatu yang lebih unggul.
Terakhir datang kekuatan ketiga: kekuatan kekaisaran itu sendiri, yang mampu mengubah kehidupan hanya dengan perintah.
Dihadapkan dengan tiga ancaman ini, Paulus dengan yakin menegaskan keyakinannya pada kekuatan yang lebih kuat yang mengalahkan semua yang lain: kekuatan Yesus Kristus yang melampaui apa pun yang dapat dikerahkan oleh kekuatan yang ada itu karena tidak ada yang pernah membangkitkan siapa pun dari kematian seperti Dia.
Kaisar Nero
Dalam komentar Alkitab Advent (Bible Commentary) tentang konteks sejarah Efesus. Itu menyoroti pemerintahan Nero, yang dikenal sebagai 'Bloody Nero.' Bayangkan diperintah oleh seorang pemimpin dengan nama panggilan yang begitu brutal; itu berbicara banyak tentang sejarahnya.
Memang, Jika surat kepada efesus ditulis pada tahun 62, seperti yang disarankan para ahli, itu bertepatan dengan pertengahan periode kekuasaan Nero. Dia menunjukkan perilaku tidak menentu yang menunjukkan ketidakstabilan mental. Misalnya, dia mengadakan konser di mana dia menampilkan solo biola yang mengerikan sambil memaksa semua orang untuk menghiburnya.
Pada catatan lain, selama salah satu episodenya yang tidak stabil setelah insiden kebakaran kota yang konon dimulai olehnya, dia mengalihkan kesalahan kepada orang Kristen ketika tuduhan yang diarahkan padanya menjadi berlebihan. Sebagai pembalasan karena diduga membakar kota, dia membunuh ribuan orang Kristen diikat di kayu dan dijadikan obor dibakar hidup-hidup.
Nero juga diduga telah membunuh ibunya yang dianggapnya menantang otoritasnya.
Ketika Paul menulis surat ini pada masa pemerintahan Nero dan kemudian menghadapinya secara langsung—tentu saja itu bukan tanpa risiko yang besar.
Apa pentingnya kuasa dalam Efesus 3:14-21?
Mengapa hal itu menekankan kekuatan Tuhan?
Yohanes menyarankan bahwa dengan mengamati Allah, kita berubah menjadi gambar-Nya. Michael menambahkan bahwa Paulus mengantisipasi kedatangan kedua yang akan segera terjadi dan karena itu menekankan persiapan.
Meninjau kembali ayat tersebut, kedua poin tersebut tampak valid. Fokus pada bagian ini:
"Aku berdoa dari kekayaannya yang mulia, semoga dia menguatkan Anda dengan kekuatan melalui Roh Kudus-Nya sehingga Kristus dapat tinggal di dalam hati Anda melalui iman ... Anda berakar dalam kasih dapat memahami betapa luasnya kasih Kristus yang melampaui pengetahuan; Agar kamu dipenuhi dalam segala kepenuhan Allah."
Secara praktis, Paulus menyiratkan bahwa Kuasa Tuhan akan mengubah kehidupan—mengubah batin kita menjadi Cinta! Jenis Cinta yang dianugerahkan kepada kita oleh-Nya akan direplikasi di dalam diri kita melalui Kekuatan-Nya.
Kuasa Tuhan bukan tentang memindahkan gunung atau melakukan keajaiban fisik—itu menandakan perubahan yang mengubah hidup!
Paulus tidak mengklaim superioritas atas allah lain karena keajaiban atau kekayaan yang lebih besar. Sebaliknya, dia menegaskan mengetahui kekuatan Tuhan karena perubahan yang dapat diamati dalam kehidupan seseorang—perubahan ini membuktikan kekuatan-Nya.
Ini mengingatkan kita pada pembahasan sebelumnya tentang buah-buah rohani—mukjizat peningkatan kasih, sukacita, kedamaian, kesabaran menunjukkan campur tangan ilahi. Meskipun tidak ada yang sempurna dan gagal, kadang-kadang menyaksikan sifat-sifat ini tumbuh dalam diri seseorang berfungsi sebagai bukti kuat pengaruh Ilahi.
Kehidupan Paulus, adalah sebuah bukti kuasa Allah yang mengubahkan, Paulus mengajak kepada orang lain untuk mengalami perubahan yang mengubah hidup yang sama. Kisah pertobatannya berfungsi sebagai bukti bahwa siapa pun dapat memeluk Injil dan mengalami transformasi serupa.
Dia mendesak setiap individu tidak hanya untuk percaya pada kekuatan Tuhan tetapi juga untuk memahami kesediaannya untuk mengubah kita terlepas dari kekurangan kita. Dia memperkuat keyakinan ini dengan berdoa agar semua orang berpijak pada cinta dan iman ilahi.
Misi dari doa-doa ini adalah agar orang-orang mengalami kasih dan kuasa Tuhan. Paulus menekankan bahwa pembenaran oleh iman adalah fundamental, namun tidak berakhir di situ. Begitu didamaikan dengan Allah, kita semakin bertumbuh menjadi serupa dengan-Nya; proses berkelanjutan yang tercermin dalam ajaran Tesalonika: Semakin kita mengadopsi kebajikan seperti cinta, kegembiraan, kedamaian—semakin kita dewasa secara rohani.
Ketika kita merenungkan Tuhan akan meningkatkan penyembahan dan membuka kemungkinan baru untuk apa yang mungkin Dia capai melalui kita. Pemahaman yang diperluas ini mengungkapkan bahwa Allah dapat melakukan jauh melampaui apa yang diizinkan oleh perspektif kita yang terbatas sebelumnya.
Selanjutnya, persatuan gereja sebagai manifestasi lain dari transformasi ilahi—khususnya antara orang Yahudi dan bukan Yahudi di bawah kepemimpinan Kristus. Memang salah satu keajaiban terbesar adalah ketika kelompok yang beragam hidup berdampingan dengan harmonis — sebuah bukti peran Roh Kudus memupuk kesabaran di tengah keragaman yang memungkinkan persatuan seperti itu di dalam jemaat.
Sebagai kesimpulan, Paulus menegaskan bahwa merangkul Injil tidak hanya mengubah individu tetapi juga mempersatukan kelompok-kelompok yang berbeda—suatu pencapaian luar biasa yang sebagian besar dapat dicapai karena campur tangan Ilahi.
How important is the resurrection of Jesus for Christian faith
kembali ke Efesus 1:20. Dinyatakan bahwa kuasa Tuhan terwujud ketika Dia membangkitkan Kristus; kebangkitan ini berfungsi sebagai ekspresi kuasa-Nya.
Bagaimana kebangkitan Yesus mengungkapkan kuasa Allah?
Sekarang kita mengacu pada 1 Korintus 15:20-22, yang memberitahu kita bahwa kebangkitan Yesus adalah langkah pertama dan kebangkitan orang percaya akan menyusul. Jadi, melalui kebangkitan Yesus – pendahulu dari banyak kebangkitan lainnya – kekuatan Allah diperlihatkan.
Selanjutnya, Filipi 3:8-11 menunjukkan hubungan antara kebangkitan Kristus dan kebangkitan Paulus di masa depan. Namun, Paulus memperluas pemikiran ini dengan mengungkapkan keinginannya untuk mengalami potensi kebangkitan Kristus dalam perjalanan hidupnya sendiri. Implikasi dari Kebangkitan Yesus melampaui kedatangan kedua; efeknya menembus kehidupan kita sehari-hari.
Mari kita selami lebih dalam melalui Ibrani 13:20-21, yang menunjukkan bahwa kita dapat mengalami kehebatan ilahi-Nya setiap hari jika kita mengizinkan Dia membimbing kita menuju kebaikan dan kebenaran - kesaksian hidup akan kemampuan transformatif-Nya tidak hanya secara fisik tetapi juga secara mental dan emosional.
Kelahiran baru ke dalam pengharapan ini menyiratkan bahwa jika Allah dapat membangkitkan Yesus dari kematian secara fisik, Dia pasti memiliki kekuatan yang cukup untuk kelahiran kembali rohani kita—mengubah hidup kita secara mendalam.
Kematian Kristus dan Kebangkitan berikutnya memiliki implikasi universal yang melampaui transformasi individu—itu melambangkan kemenangan atas konflik kosmik melalui cinta daripada dengan paksaan, sehingga memulihkan semua makhluk yang bersedia kembali kepada-Nya secara universal (120).
Dalam Efesus 2:6 Paulus menempatkan umat manusia menempati posisi yang terhormat di samping Kristus secara rohani di "sebelah kanan" atau takhta Allah—status yang ditinggikan yang menyiratkan otoritas penuh atas alam semesta yang diberikan setelah mengatasi pencobaan (Wahyu 3 .21). Kesadaran ini harus meringankan perasaan tidak aman atau tidak mampu karena memahami tempat seseorang dalam kaitannya dengan ketuhanan membuat segalanya menjadi lebih jelas.
Akhirnya betapa pentingnya Kebangkitan bagi iman Kristen sesuai dengan diskusi pelajaran saat ini mengutip Rasul Paulus yang mengatakan tanpa Kebangkitan, iman menjadi sia-sia, karena hanya itu jaminan yang dimiliki orang Kristen bahkan setelah kematian fisik mereka akan bangkit kembali seperti tubuh manusia yang dimuliakan membawa tanda serupa penderitaan mereka serupa Tuhan.
Mari kita tinjau kembali topik kuasa roh jahat di Efesus khususnya 1:21, 2:2 dan 6:12.
Timbul pertanyaan mengapa Paulus begitu tertarik untuk membahas kekuatan-kekuatan ini?.
Jawabannya bisa terletak pada Efesus sendiri; pusat seni sulap tempat dewa-dewa pagan seperti Diana yang berkuasa pada masanya. Konteks ini mungkin membuatnya menjadi latarbelakang yang tepat untuk membahas beberapa poin penting yang ingin dibahas oleh Paulus.
Lihat Efesus 1:21, ini berbicara tentang berada di atas semua pemerintahan, otoritas, kekuasaan dan dominasi dan setiap nama disebutkan tidak hanya di zaman ini tetapi juga di zaman berikutnya. Dalam ayat-ayat magis pada masa itu, nama tertentu sering digunakan sebagai mantra atau mantra. Orang akan menggunakan istilah atau objek 'ajaib' ini dengan harapan memanipulasi dewa atau melayani mereka.
Kita Ingat Kisah di mana tujuh putra Skewa mencoba manipulasi serupa menggunakan nama Yesus dan nama Paulus dalam nyanyian mereka. Cukup menarik, bahkan iblis menanggapi dengan menegaskan pengetahuannya tentang Yesus dan Paulus tetapi mempertanyakan identitas mereka – menyiratkan bahwa perbuatan lebih berbobot daripada sekedar kata-kata saja.
Oleh Paulus Allah mengadakan mujizat-mujizat yang luar biasa, bahkan orang membawa saputangan atau kain yang pernah dipakai oleh Paulus dan meletakkannya atas orang-orang sakit, maka lenyaplah penyakit mereka dan keluarlah roh-roh jahat.Anak-anak SkewaJuga beberapa tukang jampi Yahudi, yang berjalan keliling di negeri itu, mencoba menyebut nama Tuhan Yesus atas mereka yang kerasukan roh jahat dengan berseru, katanya: "Aku menyumpahi kamu demi nama Yesus yang diberitakan oleh Paulus."Tetapi roh jahat itu menjawab: "Yesus aku kenal, dan Paulus aku ketahui, tetapi kamu, siapakah kamu?" Kisah Para Rasul 19:11-15
Efesus 2:2 menggambarkan anak anak manusia yang berjalan sesuai dengan jalur dunia di bawah roh penguasa udara -
Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka sebuah pernyataan yang mungkin menantang persepsi kita bahwa setan tinggal di bawah tanah daripada menghuni atmosfer seperti yang diyakini pada zaman kuno.
Yesus dikatakan telah naik ke surga meskipun perlawanan dari entitas setan namun menang atas mereka melalui kekuatan kebangkitan - menawarkan wawasan pola pikir kuno tentang spiritualitas.
Efesus 6:12 menekankan bagaimana perjuangan kita bukanlah melawan musuh duniawi tetapi melawan penguasa penguasa kekuatan kosmik kegelapan saat ini yaitu kekuatan spiritual tempat-tempat roh yang jahat.
karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara. Efesus 6:12
Berulang kali ayat-ayat didalam kitab Efesus menyoroti aspek positif (tempat duduk surgawi Kristus Yesus) dan aspek negatif (kekuatan spiritual tempat kediaman roh jahat). Yang bagi para pendengar Paulus, tampaknya Setan berusaha mengaburkan hadirat Allah dari kita sambil menghalangi akses kepada kuasa-Nya.
Saat kita mempelajari ayat-ayat ini lebih dalam, kita menyadari bahwa bagi Paulus terdapat konflik kosmik yang melampaui batas-batas duniawi- tema yang mendasari suratnya meskipun pada awalnya Efesus pasal 1 tidak menyebutkan mengenai kosmik konflik.
Baca Efesus 1:22-23. Manfaat apa yang gereja dapatkan dengan Kristus di tinggikan?
Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. Efesus 1:22
Ayat Ini menyiratkan bahwa segala sesuatu — termasuk kekuatan roh jahat — berada di bawah kendali Yesus. Yesus duduk di sebelah kanan Tuhan sementara setan berada di udara antara kita dan takhta Tuhan, tetapi masih di bawah Yesus.
Meskipun kuasa roh jahat berada di atas kita, kuasa Yesus lebih dari kuasa roh jahat; melebihi orang-orang kafir, roh-roh, lebih dari kuasa Roma itu sendiri—dan kekuatan Yesus ini disalurkan melalui gereja di dalam pemerintahan Allah. Apa pun tantangan yang dihadapi oleh gereja, kemenangan sudah dipastikan.
Merenungkan ayat-ayat ini mengingatkan kisah Ayub—kisah tentang penderitaan yang luar biasa daripada pengalaman biasa. Ingat bagaimana Ayub menderita kerugian yang tidak dapat dipahami kebanyakan orang—keluarga dan anak-anaknya? Namun kemudian dia diberi hadiah dengan murah hati. Itu menekankan kesulitan hidup yang tak terhindarkan yang dihadapi setiap orang — masalah atau rasa sakit khusus yang diderita setiap individu penting bagi mereka secara pribadi.
Apa yang Setan katakan kepada Tuhan tentang Ayub—ia tidak dapat menjangkaunya karena ada pagar pelindung di sekelilingnya.
Jadi, pencobaan Ayub tidak normal tetapi luar biasa karena perlindungan ilahi untuk sementara dihilangkan.
Hal ini mengingatkan kita akan perlindungan Allah yang terus menerus secara konsisten— tanpa perlindungan Allah, keadaan kita akan jauh lebih buruk—kita terus dilindungi bahkan dari kekuatan iblis yang menginginkan kejatuhan kita namun dibatasi oleh perlindungan Allah.